Saat ini, maggot memiliki peluang usaha yang sangat besar, mengingat usaha peternakan dan perikanan yang membutuhkan maggot juga sedang meningkat. Ini dikarenakan maggot disebut-sebut sebagai pakan yang sangat baik untuk usaha peternakan dan perikanan. Sebab, maggot merupakan pakan yang mengandung protein tinggi. Komponen protein ini memiliki peranan sangat penting untuk proses pembentukan jaringan tubuh dan membantu proses metabolisme vital tubuh ternak/ikan, seperti enzim, hormon dan antibodinya.

Maggot yang terbaik untuk dibudidayakan sebagai pakan adalah dari jenis BSF. BSF ini adalah lalat (Diptera) yang berasal dari keluarga Stratiomyidae dan berasal dari daerah subtropis dan tropis. Siklus hidup maggot ini terdiri dari 5 fase, yaitu telur, larva, prepupa, pupa dan dewasa. Lama siklus hidup ini adalah antara 38-41 hari. Selama masa itu, satu lalat betina dewasa bisa menghasilkan telur hingga 500 butir. Dengan lama telur menetas adalah 4-5 hari.

Pakan maggot ini sangatlah mudah, karena hanya perlu memberikan pakan dari limbah organik rumah tangga (limbah sayuran, buah-buahan, limbah peternakan, dan limbah pengolahan makanan.

Oleh karena itulah, maggot ini bisa menjadi solusi dalam pengolahan limbah organik, agar tidak menumpuk dan meningkatkan kadar amoniak di tempat pembuangan akhir.

Berdasarkan potensi yang cukup menjanjikan ini sebagai tambahan penghasilan warga desa, kami dari prodi teknik industri Universitas Telkom yang terdiri dari DR. Dida Diah Damayanti, Ir.MEng.Sc, Haris Rachmat, ST., M.T., Yunita Nugrahaini, S.T., M.T. , Raka Aditya Prayoga dan Nabil Sakhya Firdaus melaksanakan pengabdian pada masyarakat (pengmas) berupa Rintisan Budidaya Lalat Maggot Sebagai Pengurai Sampah Organik yang Bernilai Ekonomis. Rintisan ini dibuat di daerah Desa Margalaksana, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Salawu dipilih karena di kecamatan ini penduduknya banyak yang beternak ikan, ayam petelur, ataupun ayam pedaging. Sehingga maggot ini dapat dijadikan pakan alternatif mengingat pakan dari pabrik yang mahal. Pada pengmas periode 1 tahun 2022 ini, tim berfokus pada penyediaan fasilitas berupa saung dan kandang bagi penetasan dan penangkaran lalat Black Soldier Fly / Lalat Tentara Hitam (BSF). Program ini cukup mendapat antusias dari masyarakat sekitar, karena bahan makanan berupa sampah organik banyak di sekitar tempat tinggal mereka dan didapat secara gratis.

Diharapkan pada periode 2 pengmas tahun 2022, rintisan usaha ini dapat dilanjutkan pada tahap budidaya lalat BSF mulai dari penetasan telur, proses pembesaran, hingga panen hasil budidayanya.

Tinggalkan Balasan